nevy afriani putri \(˘ ♥ ˘)/

nevy afriani putri \(˘ ♥ ˘)/

Saturday, June 1, 2013

SLOGAN


KOMUNIKASI VERBAL DAN NONVERBAL

TEORI KOMUNIKASI VERBAL DAN
NONVERBAL


Pemahaman Mengenai Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Komunikasi verbal dan non verbal merupakan dua bentuk dari tindak komunikasi
(communication act) yang tidak dapat dipisahkan. Artinya keduanya saling membutuhkan guna tercapainya komunikasi yang efektif, masing-masing bekerja bersama-sama untuk menciptakan suatu makna. Walaupun keduanya memiliki sifat holistic, namun keberadaannya menurut Don Stack dapat dibedakan menjadi tiga bagian:
1. Kesengajaan (intentionality)
Perbedaan utama antara komunikasi verbal dan non verbal adalah persepsi
mengenai niat (intent). Michael Burgoon dan Michael Ruffner menegaskan bahwa
pesan verbal adalah komunikasi jika dikirimkan dan diterima secara sengaja.
2. Perbedaan-perbedaan simbolik (symbolic differences)
Komunikasi verbal lebih spesifik dari bahasa noverbal, dalam arti, ia dapat
dipakai untuk membedakan hal-hal yang sama dalam sebuah cara yang berubahubah.
Sedangkan bahasa nonverbal lebih mengarah pada reaksi-reaksi alami
seperti perasaan atau emosi.
3. Mekanisme Pemrosesan (processing mechanism)
Semua informasi termasuk komunikasi diproses melalui otak, kemudian otak
menafsirkan informasi lewat pikiran yang berfungsi mengendalikan perilaku2
fisiologis (refleks) dan sosiologi (perilaku yang dipelajari dan perilaku sosial).
Dalam bahasa Malandro dan Barker, ketidaksamaan tsb, yaitu antara struktur dan
nonstruktur, linguistic dan nonlinguistic, sinambung dan tidak sinambung,
dipelajari dan diperoleh secara alamiah serta pemrosesan informasi otak sebelah
kiri dan kanan.
Keberadaan komunikasi verbal dan nonverbal dapat dipahami melalui funsgi-fungsi yang
dilakukan keduanya. Fungsi dari lambang-lambang verbal maupun noverbal adalah
memproduksi makna yang komunikatif. Bahasa nonverbal dipakai untuk mengubah
pesan verbal melalui enam fungsi yaitu:
1. Pengulangan, Paul Ekman menjelaskan, pesan nonverbal akan mengulang atau
meneguhkan pesan verbal. Misal dalam suatu lelang, kita mengacungkan jari
untuk menunjukkan jumlah tawaran.
2. Kontradiksi, pesan nonverbal menegaskan pesan verbal spt dalam sarkasme atau
sindiran-sindiran tajam.
3. Pengganti, kadang komunikasi nonverbal mengganti pesan verbal. Misal, menang
cukup mengacungkan dua jari bentuk “V” untuk victory yang bermakna
kemenangan.
4. Pengaturan, berfungsi mengendalikan sebuah interaksi dalam suatu cara yang
sesuai dan halus, misal anggukan kepala selama percakapan berlangsung.
5. Penekanan, seperti mengacungkan kepalan tangan.
6. Pelengkap, misal tersenyum untuk menunjukkan rasa bahagia.
Dalam perkembangannya sekarang, komunikasi nonverbal dipandang berfungsi sebagai
pesan-pesan yang holistic dimana dia melakukan fungsi supaya orang lain melakukan
sesuatu seperti yang kita perintahkan.
Komunikasi Nonverbal
Menurut Ronald Adler dan George Rodman, komunikasi nonverbal memiliki empat
karakteristik:
1. Keberadaannya; komunikasi nonverbal akan selalu muncul, disadari atau tidak.
2. Kemampuannya menyampaikan pesan tanpa bahasa verbal
3. Sifatnya Ambiguitas yaitu ada banyak kemungkinan penafsiran terhadap setiap
perilaku.
4. Keterikatannya dalan suatu kultur tertentu, maksudnya perilaku yang memiliki
makna khusus dalam satu budaya akan mengekspresikan pesan yang berbeda
dalam ikatan kultur yang lain.
Komunikasi nonverbal adalah beragam cara yang digunakan untuk berkomunikasi secara noverbal yaitu
1. vocalics atau paralanguange (mendesah, menjerit, merintih, menelan, menguap)
2. kinesik yang mencakup gerakan tubuh, lengan dan kaki serta ekspresi wajah,
perilaku mata (keheranan, ketakutan, kemarahan, kebahagiaan, kesedihan,
kebencian, kejijikan)
3. lingkungan yang mencakup objek benda dan artifak,
4. proxemics yang merupakan ruang dan teori pribadi. Edward T. Hall
mendefinisikan empat jarak dalam percakapan:
- Intimate distance, berlangsung dg bisikan atau suara pelan diantara pribadi
yang memiliki emosional sangat akrab.
- Personal distance, komunikasi berlangsung tertutup namun percakapannya
tidak bersifat pribadi.
- Social distance, terjadi dalam situasi bisnis
- Public distance, komunikasi yang terjadi di dalam kelas atau ruang
tertentu.
5. haptics (sentuhan/kontak tubuh)
6. penampilan fisik (tubuh dan cara berpakaian),
7. chronemics (waktu), orang yang tepat atau tidak tepat waktu yang ingin
menunjukkan pesan suka/tidak atas apa yang dilakukannya.
8. olfaction (bau).
Kajian pertama mengenai komunikasi nonverbal ditermukan pada zaman Aristoteles
(400-600 SM). Namun studi ilmiahnya yang berkaitan dengan retorika, baru dilakukan pada zaman Yunani dan Romawi Kuno. Dalam perkembangan berikutnya dikenal tokoh tokoh seperti
• Cicero dengan karyanya PRONUNTIATIO atau cara berpidato
dengan memanfaatkan elemen-elemen nonverbal (public
speaking);
• Joshua Steele dengan studi ttg komunikasi nonverbal pada
suara sebagai suatu instrument yang disebut PROSODY
(bahasa dalam drama atau puisi dapat dibaca hampir spt notasi
musik);
• Gilbert Austin dengan studi tentang gerakan-gerakan badan yang dihubungkan dengan bahasa, yang disebut sebagai ELOCUTIONARY SYSTEM (seni deklamasi).
• Francois Delserte yang menggabungkan suara dan gerakan2
badan sekaligus yang merupakan agents of heart.
Beberapa Pendekatan dalam Teori Komunikasi Nonverbal
Permulaan dari studi komunikasi nonverbal modern seringkali diidentifikasikan dengan
karya Darwin: The Expression of Emotions in Man and Animals.
Teori komunikasi nonverbal kontemporer dapat digolongkan ke dalam tiga pendekatan yaitu:
1. Pendekatan Etologi
Teori ini mendukung asumsi dasar Darwin bahwa komunikasi nonverbal bersifat
universal dan memiliki kesamaan dalam berbagai kultur yang berbeda. Dengan
demikian komunikasi nonverbal merupakan suatu fungsi alamiah. Sebagai
tambahan, dikemukakan pula bahwa ekspresi emosi melalui komunikasi
nonverbal adalah sama antara manusia dan hewan lainnya. Contoh etologis:
senyuman dan ekspresi wajah.
Teori Struktur Kumulatif
Dalam teori ini Ekman dan Friesen memfokuskan analisisnya pada makna yang
diasosiasikan dengan kinesic yang disebut cumulative structure atau meaning
centered karena lebih banyak membahas makna yang berkaitan dengan gerak
tubuh dan ekspresi wajah ketimbang struktur perilaku yang kemudian disebut sbg
expressive behaviour yang terdiri dari lima kategori:
• Emblem: gerakan tubuh atau ekspresi wajah yang memiliki nilai sama
dengan pesan verbal, yang disengaja, dapat berdiri sendiri tanpa bantuan
pesan verbal. Contoh: setuju, pujian, ucapan selamat Jalan yang digantikan
dengan anggukan kepala, acungan jempol dan lambaian tangan.
• Ilustrator: gerakan tubuh/ekspresi wajah yang mendukung dan
melengkapi pesan verbal. Contoh: raut muka serius ketika memberikan
penjelasan utk menunjukkan bhw yang dibicarakan adalah persolan serius,
atau gerakan tangan yang menggambarkan sesuatu yang sedang
dibicarakan.
• Regulator: tindakan yang disengaja yang biasanya digunakan dalam
percakapan, misalnya mengenai giliran berbicara. Contoh: senyuman,
anggukan kepala, tangan yg menunjuk, mengangkat alis, orientasi tubuh.
• Adaptor: tindakan yang disengaja, yang digunakan untuk menyesuaikan
tubuh dan menciptakan kenyamanan bagi tubuh dan emosi. Terdapat dua
sub kategori adaptor, yaitu: SELF (menggaruk kepala, menyentuh
dagu/hidung) dan OBJECT (menggigit pinsil, memainkan kunci). Perilaku
ini biasanya dipandang sbg refleksi kecemasan atau perilaku negative.
• Emosi atau affect display: yang dapat disengaja atau tidak, dapat
menyertai pesan verbal maupun berdiri sendiri yang bentuknya: marah,
menghina, malu, takut, gembira, sedih dan terkejut.Affect display yang
berbeda dapat diungkapkan secara bersamaan disebut Affect Blend.
Teori Tindakan
Morris mengemukakan suatu pandangan kinesic yang lebih didasarkan pada
tindakan dimana perilaku tidak terbentuk dengan sendirinya, melainkan terbagi ke
dalam suatu rangkaian panjang peristiwa yang terpisah-pisah yaitu:
• Inborn (pembawaan): inting yang dimiliki sejak lahir, spt perilaku
menyusu.
• Discovered (ditemukan): diperoleh secara sadar dan terbatas pada struktur
genetic tubuh spt menyilangkan kaki.
• Absorved (diserap): diperoleh secara tidak sadar melalui interaksi dengan
orang lain (teman) spt meniru ekspresi atau gerakan seseorang.
• Trained (dilatih): diperoleh dengan belajar spt berjalan, mengetik, dll.
• Mixed (campuran): diperoleh melalui berbagai macam cara diatas.
2. Pendekatan Antropologis
Pendekatan yang dikemukakan oleh Birdwhistell dan Edward T. Hall ini
menempatkan kultur sebagai bagian penting dalam studi komunikasi nonverbal
dipelajari melalui aturan-aturan sosial yang berbeda antara kultur 1 dengan
lainnya dan subkultur 1 dengan lainnya.
Analogi Linguistik
Menurut Birdwhistell, dalam komunikasi nonverbal terdapat bunyi nonverbal
yang disebut allokines yaitu satuan gerakan tubuh terkecil yang seringkali tidak
dapat terdeteksi, dimana kombinasinya akan membentuk kines dalam suatu
bentuk serupa dengan bahasa verbal yang disebut Analogi Linguistik.
Birdwhistell juga menjelaskan bahwa fenomena parakinesic (yaitu kombinasi
gerakan yang dihubungkan dengan komunikasi verbal) dapat dipelajari melalui
struktur gerakan. Struktur ini mencakup tiga factor: intensitas dari tegangan yang
tampak dari otot, durasi dari gerakan yang tampak, dan luasnya gerakan.
Analogi Kultural
Analogi cultural yang dikemukakan oleh Edward T. Hall membahas komunikasi
nonverbal dari aspek proxemics dan chronemics. Proxemics mengacu kepada
penggunaan ruang sebagai ekpresi spesifik dari kultur yang terdiri dari tiga jenis:
(1) informal space (ruang terdekat yang mengitari kita/personal space), (2) fixedfeature
space (benda di lingkungan kita yang relative sulit bergerak/dipindahkan
spt rumah, tembok, dll) dan (3) semifixed-feature space (barang2 yang dapat
dipindahkan yg berada dalam fixed-feature space).
Chronemics atau waktu menurut Hall, ditemukan dalam berbagai kultur dalam
bentuknya yang berbeda-beda dan memiliki (1) formal time—mencakup susunan
dan siklus, memiliki nilai, memilki durasi dan kedalaman, (2) informal time—
ungkapan: sebentar lagi, nanti atau sekarang, (3) technical time—menggambarkan
penggunaan secara lbh spesifik spt kilometer per jam, tahun matahari atau meter
per detik.
3. Pendekatan Fungsional
Teori ini tidak menaruh perhatian pada apakah penandaan nonverbal merupakan
pembawaan yang bersifat universal dan alamiah, atau diperoleh melalui belajar
dan dipengaruhi oleh spesifikasi cultural. Teori-teori fungsional lebih
menekankan pada fungsi, peran dan hasil yang diperoleh dari penggunaan
perilaku nonverbal dalam situasi komunikasi.
Teori Metaforis dari Mehrabian
Teori Mehrabian menempatkan perilaku nonverbal ke dalam pengelompokkan
fungsi dalam tiga kontinum: (1) dominan submisif (2) menyenangkan tidak
menyenangkan (3) menggairahkan tidak menggairahkan. Tiap kontinum dianalisis
melalui tiga metafora: (1) kekuasan dan status (2) kesukaan (3) tingkat responsif.
Teori Mehrabian dapat diterapkan pada semua komunikasi nonverbal, meskipun
paling sesuai untuk diterapkan pada penandaan kinesic paralanguage, sentuhan
dan jarak/ruang.
Teori Equilibrium
Michael Argyle dan Lanet Dean mengemukakan suatu teori komunikasi
nonverbal yang didasarkan pada suatu metafora keintiman-equilibrium, bahwa
setiap kita berinteraksi, kita mengalami atau menggunakan seluruh saluran
komunikasi yang ada, dan suatu perubahan dalam suatu saluran nonverbal akan
menghasilkan perubahan pada saluran lainnya sebagai kompensasi, misalnya
pendekatan dan penghindaran.
Teori Fungsional dari Patterson
Patterson mengemukakan bahwa komunikasi nonverbal memiliki lima fungsi: (1)
memberikan informasi, (2) mengekspresikan keintiman, (3) mengatur
interaksi/giliran berbicara, (4) melaksanakan control sosial—digunakan ketika
kita mengekspresikan pandangan dan (5) membantu pencapaian tujuan—misalnya
sentuhan.
Teori Fungsional Komunikatif
Teori yang dikemukakan oleh Burgoon ini memfokuskan kepada kegunaan, motif
atau hasil komunikasi, yang bukan sekedar pada apa yang ditampilkan oleh
perilaku nonverbal, tetapi juga pada hubungan antara perilaku tersebut dengan
tujuan-tujuan yang ada dibaliknya.
Teori-teori Komunikasi Verbal
1. Nature Approach (Pendekatan Natural)
Teori Noam Chomsky yang disebut “struktur dalam (deep structure)”
mengasumsikan bahwa suatu tata bahasa atau struktur bawaan (imate grammar)
yang ada pada diri manusia sejak dia lahir, merupakan landasan bagi semua
bahasa. Dengan demikian kemampuan berbahasa merupakan pembawaan yang
bersifat alamiah dan universal. Ada tiga struktur dalam semua bahasa:
• Adanya hubungan antara subjek predikat
• Hubungan antara kata kerja (verb) dengan objek yang mengekspresikan
hubungan logis sebab dan akibat.
• Modifikasi yang menunjukkan adanya pertautan kelas (intersection of classes).
Teori Dan I. Slobin mengemukakan bahwa perkembangan kognitif mendahului
perkembangan bahasa. Menurutnya, ada empat prinsip yang bekerja pada semua
bahasa:
• Memperhatikan susunan kata
• Menghindari pengecualian
• Menghindari interupsi atau penataan kembali unit-unit bahasa
• Memperhatikan kata yang ada pada bagian terakhir kalimat.
2. Nurture Approach (Pendekatan Nurtural)
Edward Sapir dan Benyamin Whorf memusatkan kajiannya pada semantic
(makna dari kata), mrk mengembangkan suatu teori cultural mengenai bahasa.
Kelompok ini menganggap bahwa bahasa diperoleh melalui pembelajaran sosial
dan kultur, bukan merupakan sesuatu yang alamiah atau universal. Sehingga ada
relativitas cultural dalam bahasa, serta kultur harus menjadi pertimbangan penting
dalam studi mengenai bahasa.